Gunung Kawi


Pada wraspati pasah wuku Kuningan tanggal 29 Mei 2014, saya berkesempatan dalam rombongan Sekehe Mandiri Singaraja yang melaksanakan tirtayatra ke beberapa lokasi dan pura di daerah Tegallalang, Gianyar. Rombongan yang cukup besar itu antara lain keluarga bapak Nengah Sumardika, Nengah Sukarta, Bawati Rai, Gede Wisnaya Wisna dan lainnya. Sebagian besar adalah warga bugbug yang berdomisili di Singaraja. Rombongan tiba di pelataran parkir sekitar jam 10.00 wita setelah tadinya pelukat di pesiraman Pura Dalem Pingit Sebatu. Sedikit informasi dan kegiatan yang dapat disajikan berikut ini.

Lokasi

Terletak di Banjar/Desa Sebatu, Tegallalang, Kabupaten Gianyar, sekitar 40 km dari Denpasar atau 21 km dari Gianyar. Apabila dari Singaraja, dapat menempu jalur melalui Bedugul atau mengikuti jalur Kintamani, yang jaraknya sekitar 100 km. Apabila anda datang dari Denpasar arahkan kendaraan anda menuju Ubud kemudian ke Tegalalang, akan segera tiba di lokasi ini. Lokasi ini selain sebagai obyek wisata yang banyak didatangi wisatawan local dan mancanegara, juga terdapat tempat suci Pura Gunung Kawi. Juga terdapat tempat pengelukatan atau pesiraman yang diyakini mempunyai aura kesucian dan pelebur aura negatif.

Menuruni tangga dari halaman parkir, rombongan menjumpai wantilan besar di sebelah timur. Sebelum memasuki halaman pura, berjalan melewati jalan setapak dikelilingi halaman yang luas, hijau dan asri karena pepohonan sekeliling tumbuh dengan subur. Juga terdapat beberapa hewan dan burung peliharaan.

Di sebelah kiri, sebelum memasuki gapura pura, terdapat dua kolam berukuran sedang dengan beberapa air jatuh yang tiada henti di dalamnya tempat memohon pengelukatan. Ikan hias yang besar menghiasi keasrian kolam-kolam ini. Di sebelah kanannya berdiri pelinggih Betari Gangga. Menurut pemangku yang ngayah, pada kolam paling kiri untuk memohon pembersihan agar sukses dalam melaksanakan usaha perdagangan. Pada kolam yang disebelah kanan tempat memohon pembersihan agar mudah memperoleh keturunan, diberi kesehatan yang baik, dan tampak cantik dan menawan.

Di bagian dalam jaba tengah sebelah kiri terdapat sebuah kolam Taman Jati yang lebih luas dengan air yang bening dihuni ikan hias. Ditengah kolam terdapat pelinggih Betara Indra. Beberapa pelinggih lain yang ada di Pura ini antara lain Padmasana pelinggih Betara Wisnu, Pelinggih Betara Gunung Kawi, Pelinggih Ratu Gunung Agung, dan pelinggih Betara Gunung Lebah.

Sekilas Sejarah


Keberadaan pura ini sering dikait-kaitkan dengan Raja Mayadenawa dan kekuasaannya yang lalim di masa lampau. Maya Denawa dikalahkan di tentara Dewa Indra dalam pertempuran yang terjadi di desa Tampaksiring . Kemudian Maya Denawa lari ke desa Sebatu di sisi barat desa Tampaksiring . Penduduk desa merasa takut dengan kehadiran Raja Maya Denawa di tempat ini. Beberapa dari mereka lari dan mengungsi ke tempat-tempat lain. Betara Wisnu merasa iba melihat ketahutan dan kebingungan masyarakat desa Sebatu. Beliau menciptakan mata air yang bersih dan bening untuk masyarakat.


Betara Wisnu kemudian mengejar Maya Denawa sehingga terdesak ke sungai Petanu dan akhirnya terbunuh. Para penduduk desa kemudian membangun sebuah tempat pemujaan Betara Wisnu di tempat itu yang menjadi titik awal dari Pura Gunung Kawi Sebatu. Penelitian yang seksama masih diperlukan untuk mendapatkan kebenaran yang sejati mengenai keberadaan Pura ini.

Tiket Masuk


Bagi para pengunjung wisata dikenakan tiket beberapa ribu rupiah. Namun bagi pengunjung berpaikan adat yang akan melaksanakan persembahyangan dan mohon pengelukatan tidak dikenakan tiket masuk.

Piodalan


Piodalan di Pura di atas jatuh pada setiap Purnama sasih Kasa menurut penanggalan bali.(dari berbagai sumber).










 





No comments:

Post a Comment